Psikologi Umum II : Gangguan Psikologis

 Assalamualaikum Wr. Wb.

Haii haii semua,

Apa kabar nih kalian? Semoga baik-baik selalu ya!

Pada kesempatan kali ini, aku akan menjelaskan materi tentang Gangguan Psikologis. Nah, untuk yang penasaran sama materi ini silahkan disimak penjelasanku dibawah ini yaa!

---


- Abnormality -

Conceptions of Abnormality

A. A Very Brief History of Psychological Disorders

    Hippocrates (460–377 SM) menyatakan bahwa penyakit pada tubuh dan pikiran adalah akibat dari ketidakseimbangan cairan vital (humors) tubuh. Meskipun dia tidak benar, ini adalah upaya pertama yang tercatat untuk menjelaskan pemikiran atau perilaku abnormal yang disebabkan oleh beberapa proses biologis.

    Pada Abad Pertengahan masyarakat percaya kerasukan roh sebagai salah satu penyebab abnormality. Perlakuan yang dipilih adalah pengobatan religius. Selama Renaisans, orang yang sakit mental kemungkinan besar disebut penyihir dan dihukum mati. Pada zaman sekarang gangguan psikologis dilihat dari segi medis, di mana mereka dapat didiagnosis menurut berbagai : 

  • Various Symptoms
  • Etiology 
  • Course
  • Prognosis 

    Beberapa gangguan psikologis dapat "disembuhkan", sedangkan gangguan psikologis lainnya memerlukan perhatian seumur hidup. 

B. How Can We Define What it Abnormal?

    Psikolog mendefinisikan abnormal didasarkan pada beberapa faktor berikut: 

- Statistical Or Social Norm Deviance

    Salah satu cara untuk mendefinisikan normal dan abnormal adalah dengan menggunakan definisi statistik. 

  • Perilaku yang sering terjadi akan dianggap normal
  • Perilaku yang jarang akan dianggap abnormal
  • Seberapa jauh perilaku atau pemikiran menyimpang dari norma-norma suatu masyarakat.
- Situational Context

        Konteks situasional atau situational context (pengaturan sosial atau lingkungan dari perilaku seseorang) juga dapat membuat perbedaan dalam bagaimana perilaku atau pemikiran diberi label.

- Subjective Discomfort

    Salah satu tanda abnormality adalah ketika orang tersebut mengalami banyak ketidaknyamanan subjektif (subjective discomfort), atau tekanan emosional saat terlibat dalam perilaku atau proses kognitif tertentu. Contoh : Seorang anak yang takut untuk bermain di luar rumah dan mengalami kecemasan saat diajak keluar rumah. 

    Namun, semua pikiran atau perilaku yang mungkin dianggap abnormal tidak serta merta menimbulkan subjective discomfort pada orang yang memiliki atau melakukan tindakan tersebut. Contoh : Seorang pembunuh yang tidak merasakan tekanan emosional setelah membunuh korbannya.

- Inability To Function Normally

    Pemikiran atau perilaku yang tidak memungkinkan seseorang untuk masuk ke dalam masyarakat atau berfungsi secara normal juga dapat dicap abnormal. Ini dapat disebut maladaptif, yang berarti bahwa orang tersebut merasa sulit untuk beradaptasi dengan tuntutan kehidupan sehari-hari. Pemikiran atau perilaku maladaptif pada awalnya dapat membantu seseorang mengatasi tetapi memiliki efek yang berbahaya atau merusak. Pemikiran dan perilaku maladaptif adalah elemen kunci dalam definisi kelainan.

- Culture

    Budaya adalah salah satu konteks yang paling berpengaruh di mana setiap perilaku dinilai (Fabrega, 2004). Dalam beberapa budaya suatu tindakan dianggap normal, namun ada juga menganggapnya tidak normal. 

    Jadi, relativitas budaya (gagasan bahwa penilaian dibuat relatif terhadap nilai-nilai budaya seseorang) dapat mempengaruhi diagnosis gangguan psikologis. Namun, semua budaya mengklasifikasikan orang sebagai abnormal jika mereka gagal berkomunikasi dengan orang lain atau secara konsisten tidak dapat diprediksi dalam tindakan mereka.

    Pemikiran atau perilaku abnormal yang mencakup setidaknya 2 dari 5 faktor diklasifikasikan dengan istilah gangguan psikologis (psychological disorders), yang didefinisikan sebagai setiap pola perilaku atau fungsi psikologis yang menyebabkan penderitaan yang signifikan, menyebabkan mereka menyakiti diri sendiri atau orang lain, atau membahayakan kemampuan mereka untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Atau dapat dikatakan bahwa psychological disorders merupakan gangguang psikologis yang mempengaruhi emosi, pola perilaku, fungsi psikologis, dan kemampuan beraktivitas penderitanya.


Models of Abnormality

A. The Biological Model: Medical Causes for Psychological Disorders

    Model biologis mengusulkan bahwa psychological disorders memiliki penyebab biologis atau medis (Gamwell & Tomes, 1995). Model ini menjelaskan gangguan seperti : 

  • Kecemasan (anxiety)
  • Depresi
  • Skizofrenia 

Dimana 3 gangguan diatas disebabkan oleh : 

  • Kerusakan pada sistem neurotransmitter
  • Masalah genetik
  • Kerusakan dan disfungsi otak 
  • Atau kombinasi dari penyebab tersebut
B. The Psychological Models


    Teori-teori kepribadian juga dapat digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan pembentukan tidak hanya kepribadian tetapi juga pemikiran, perilaku, dan kepribadian abnormal.

- Psychodynamic View: Hiding Problems (Freud)
    
    Model psikodinamik menjelaskan pemikiran dan perilaku abnormal sebagai akibat dari menekan pikiran, ingatan, dan kekhawatiran yang mengancam seseorang di alam bawah sadar (Carducci , 1998). Gangguan fungsional berkembang sebagai cara untuk menjaga agar pikiran tetap tertekan. 

- Behaviorism: Learning Problems

    Behavioris mendefinisikan kepribadian sebagai serangkaian respons yang dipelajari beranggapan bahwa perilaku abnormal merupakan sesuatu yang dipelajari sama seperti perilaku normal (Skinner, 1971; Watson, 1913). 

Cognitive Perspective: Thinking Problems

    Psikolog kognitif mempelajari cara orang berpikir, mengingat, dan mengatur informasi secara mental, melihat fungsi maladaptif sebagai akibat dari pola berpikir yang tidak logis (Mora, 1985). Seorang psikolog kognitif mungkin menjelaskan ketakutan Emma terhadap laba-laba sebagai pemikiran yang menyimpang: "Semua laba-laba ganas dan akan menggigit saya, dan saya akan mati!" Pola berpikir khusus Emma menempatkannya pada risiko depresi dan kecemasan yang lebih tinggi daripada orang yang berpikir lebih logis.

C. The Sociocultural Perspective

    Apa yang normal di satu budaya mungkin tidak normal di budaya lain. Dalam perspektif sosiokultural abnormalitas, pemikiran atau perilaku abnormal (dan juga normal) dilihat sebagai produk dari pembentukan perilaku yang dipengaruhi oleh keluarga, kelompok sosial tempat seseorang berada, dan budaya di mana keluarga dan masyarakat berada.  

    Relativitas budaya (cultural relativity) adalah istilah yang mengacu pada pertimbangan karakteristik unik dari budaya seorang pengidap gangguan atau disorders diasuh untuk dapat mendiagnosis dan mengobati gangguan dengan benar (Castillo, 1997). 

Contoh :
    Di Asia, penyakit mental sering dianggap sebagai hal memalukan yang membawa aib bagi keluarga. Ini dapat dilihat sebagai sesuatu yang diwariskan atau merupakan kesalahan nenek moyang keluarga di masa lalu. Hal ini menyebabkan banyak orang Asia yang menderita gangguan atau disorders dicap depresi atau bahkan skizofrenia melaporkan gejala tubuh daripada gejala emosional atau mental, karena penyakit tubuh lebih dapat diterima secara sosial.

    Konseptualisasi budaya dan pengaruhnya pada fungsi psikologis dan disorders dijelaskan oleh tiga konsep: 
  • Cultural syndrom : serangkaian gejala atau karakteristik penderitaan yang berbeda.
  • Cultural idioms of distress Sindrom : penderitaan atau kesusahan dalam konteks budaya tertentu.
  • Cultural explanations or perceived cause : istilah yang mendefinisikan bahwa budaya menjelaskan sumber, penyebab, gejala suatu penyakit.
    Penting untuk mempertimbangkan latar belakang lain dan faktor-faktor yang berpengaruh seperti :
  • Status sosial ekonomi 
  • Tingkat pendidikan
D. Biopsychosocial Perspective: All of The Above

    Dalam beberapa tahun terakhir, pengaruh biologis, psikologis, dan sosial budaya pada disorder tidak lagi dilihat sebagai penyebab yang berdiri sendiri. Sebaliknya, pengaruh-pengaruh tersebut saling berinteraksi sehingga menimbulkan berbagai bentuk disorder. 

    Contoh : Seorang anak yang memiliki kemungkinan mengidap suatu gangguan atau disorder karena faktor genetik akan memiliki kemungkinan yang kecil untuk menjadi gangguan akut kecuali keluarga dan lingkungan sosial menghasilkan stresor dalam perkembangannya. 

    Biopsychosocial model adalah suatu model pendekatan yang memahami kelainan atau disorder berdasarkan faktor biologis, sosial dan psikologis.

Diagnosing and Classifiying Disorders

A. The DSM-5

    Di Amerika Serikat, sumber umum untuk membantu profesional psikologis mendiagnosis gangguan psikologis adalah Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM). DSM-5 menjelaskan sekitar 250 gangguan psikologis yang berbeda. Setiap gangguan dijelaskan dalam hal gejalanya, jalur khas gangguan tersebut saat berkembang, dan daftar kriteria khusus yang harus dipenuhi agar diagnosis gangguan tersebut dapat dibuat.

B. RDoC

    Kemajuan berkelanjutan dalam neuroimaging, genetika, dan ilmu kognitif telah mendorong National Institute of Mental Health (NIMH) untuk menyerukan perubahan dalam cara kita berpikir dan mempelajari gangguan melalui peluncuran proyek Research Domain Criteria (RDoC). Proyek ini mempromosikan penelitian yang memberikan basis pengetahuan untuk sistem baru dalam mengklasifikasikan gangguan psikologis.

C. The Pros and Cons of Labels

    Dengan daftar gangguan dan gejala yang sesuai, DSM-5 membantu profesional psikologis mendiagnosis pasien dan memberi pasien label yang menjelaskan kondisi mereka. Dalam dunia diagnosis dan perawatan psikologis, label seperti depresi, kecemasan, dan skizofrenia bisa sangat membantu. 

    Label-label tersebut membentuk bahasa yang sama dalam komunitas kesehatan mental, memungkinkan para profesional psikologi untuk berkomunikasi satu sama lain dengan jelas dan efisien. Namun, label juga dapat berbahaya atau merugikan. Label dapat memengaruhi penilaian kita dan adanya kemungkinan stigmatisasi.

Disorders of Anxiety, Trauma, and Stress

- Anxiety Disorders 

    Anxiety disorders termasuk gangguan yang gejalanya paling dominan adalah kecemasan yang berlebihan atau tidak realistis. Kecemasan dapat sangat spesifik, seperti ketakutan terhadap objek tertentu, atau dapat berupa emosi yang sangat umum, seperti yang dialami oleh seseorang yang khawatir dan tidak tahu mengapa.

a. Phobic Disorders

    Salah satu gangguan kecemasan yang lebih spesifik adalah fobia, yaitu ketakutan yang irasional dan terus-menerus terhadap sesuatu. "Sesuatu" itu bisa berupa objek atau situasi atau mungkin melibatkan interaksi sosial. 

    Social Anxiety Disorder (Social Phobia)

    Gangguan kecemasan sosial atau fobia sosial melibatkan rasa takut berinteraksi dengan orang lain atau berada dalam situasi sosial dan merupakan salah satu fobia paling umum yang dialami orang. Orang dengan gangguan kecemasan sosial takut dievaluasi secara negatif oleh orang lain, sehingga mereka cenderung menghindari situasi yang dapat menyebabkan sesuatu yang memalukan. Jenis fobia sosial yang umum adalah : 
  • Demam Panggung
  • Takut berbicara di depan umum
  • Takut buang air kecil di toilet umum
    Specific Phobias

    Fobia spesifik adalah ketakutan irasional terhadap beberapa objek atau situasi tertentu, seperti:
  • Klaustrofobia : ketakutan berada di ruang kecil dan tertutup
  • Trypanophobia : ketakutan dengan jarum suntik atau takut disuntik
  • Odon tophobia : takut akan perawatan gigi
  • Hematophobia : takut darah 
  • Ablutophobia : takut mencuci dan mandi
  • Acrophobia : takut ketinggian
    Agoraphobia

    Jenis fobia ketiga adalah agorafobia, yaitu ketakutan berada di tempat atau situasi yang sulit atau tidak mungkin untuk melarikan diri jika terjadi kesalahan. Seseorang didiagnosis agorafobia jika mereka merasakan kecemasan setidaknya dua dari lima kemungkinan situasi seperti menggunakan transportasi umum seperti bus atau pesawat, berada di tempat terbuka seperti di jembatan atau di tempat parkir, berada di ruang tertutup. seperti toko kelontong atau bioskop, mengantre atau berada di keramaian seperti di konser, atau berada di luar rumah sendirian (American Psychiatric Association, 2013).

b. Panic Disorders

    Secara psikologis, orang yang mengalami serangan panik berada dalam keadaan teror yang menyebabkan mereka berfikir bahwa ia sedang berada dalam keadaan sekarat. Serangan terjadi tanpa peringatan dan cukup tiba-tiba. Meskipun beberapa serangan panik dapat berlangsung selama setengah jam, beberapa hanya berlangsung beberapa menit, dengan sebagian besar serangan memuncak dalam 10 hingga 15 menit.

c. Generalized Anxiety Disorder
  • Tidak diketahui sumbernya secara spesifik dan mungkin dialami oleh orang-orang dengan gangguan kecemasan umum.
  • Kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan (harapan yang mengkhawatirkan) terjadi lebih banyak hari daripada tidak selama setidaknya 6 bulan. 
  • Orang dengan gangguan ini juga mungkin mengalami kecemasan tentang sejumlah peristiwa atau aktivitas (seperti pekerjaan atau kinerja sekolah). 
  • Perasaan cemas ini tidak memiliki sumber tertentu yang dapat ditunjukkan dengan tepat, dan orang tersebut juga tidak dapat mengendalikan perasaan meskipun telah dilakukan upaya untuk melakukannya. 
- Other Disorders Related to Anxiety

a. Obsessive-Complusive Disorder

    Kadang-kadang orang mendapatkan pikiran yang mengalir di kepala mereka yang tidak akan hilang begitu saja, seperti ketika sebuah lagu tersangkut di benak seseorang. Jika pikiran tertentu itu menyebabkan banyak kecemasan, itu bisa menjadi dasar obsessive compulsive disorder atau OCD.

    OCD adalah gangguan di mana pikiran yang mengganggu terjadi berulang kali (obsesi, seperti ketakutan bahwa kuman ada di tangan seseorang) diikuti oleh beberapa perilaku ritual atau tindakan mental yang berulang (kompulsif, seperti mencuci tangan berulang kali, menghitung, dll.)

b. Acute Stress Disorder

    Trauma, stres berat, dan kecemasan yang dialami oleh orang-orang setelah mengalami Badai Katrina, pemboman Bos ton Marathon April 2013, serangan teroris 2015 di Paris dan gempa bumi di Nepal dapat menyebabkan gangguan stres akut (ASD). 

c. Posttraumatic Stress Disorder

    Ketika gejala yang terkait dengan ASD berlangsung selama lebih dari 1 bulan, gangguan tersebut kemudian disebut gangguan stres pascatrauma (PTSD). Dalam studi yang sama (Mills et al., 2007), para peneliti menyimpulkan bahwa kemungkinan 38 hingga 49% dari semua sampel pengungsi berisiko mengalami PTSD bahkan 2 tahun setelah bencana. Lebih lanjut, sementara onset ASD sering terjadi segera setelah peristiwa traumatis, gejala PTSD mungkin tidak muncul hingga 6 bulan atau lebih setelah peristiwa itu.

Causes of Anxiety, Trauma, and Stress Disorders

- Behavioral and Cognitive Factors

    Behavioris percaya bahwa reaksi perilaku cemas dipelajari. Mereka melihat fobia sebagai respons ketakutan yang dikondisikan secara klasik, seperti halnya dengan "Bayi Albert". Psikolog kognitif melihat gangguan kecemasan (anxiety disorder) sebagai hasil dari proses berpikir yang tidak logis dan tidak rasional. 

    Salah satu cara di mana orang dengan gangguan kecemasan menunjukkan pemikiran irasional  adalah melalui magnification, atau kecenderungan menafsirkan situasi sebagai situasi jauh lebih berbahaya atau memalukan daripada sebenarnya. 

  • All-or-nothing Thinking, di mana seseorang percaya bahwa kinerjanya harus sempurna atau hasilnya akan gagal total. Ini termasuk proses pemikiran lain yang menyimpang yang berkaitan dengan kecemasan.

  • Overgeneralization, yaitu satu peristiwa negatif yang ditafsirkan sebagai pola kekalahan yang tidak pernah berakhir yang melompat ke kesimpulan tanpa fakta untuk mendukung kesimpulan itu. 

  • Minimization yaitu memberikan sedikit atau tidak ada penekanan pada keberhasilan seseorang atau peristiwa dan sifat positif. 
- Biological Factors

    Bukti yang berkembang ada bahwa faktor biologis yang berkontribusi terhadap gangguan kecemasan (anxiety disorder). Beberapa gangguan yang kemungkinan besar diturunkan secara genetik :
  • Generalized anxiety disorder
  • Panic disorders
  • Phobias 
  • Obsessive compulsive disorder (OCD)
- Cultural Variations

    Gangguan kecemasan ditemukan di seluruh dunia, meskipun bentuk khusus dari gangguan tersebut mungkin berbeda di berbagai budaya.  Misalnya, dalam beberapa budaya Amerika Latin, kecemasan dapat berbentuk ataque de nervios, atau "serangan saraf", di mana orang tersebut mungkin menangis, berteriak tak terkendali, mengalami sensasi panas, dan menjadi sangat agresif, baik secara verbal maupun fisik. Serangan ini biasanya datang setelah beberapa peristiwa stres seperti kematian orang yang dicintai.

Somatoform Disorders

    Somatoform Disorders merupakan gangguan dengan gejala fisik yang menyerupai penyakit atau cedera yang tidak ada penyebab fisik yang dapat diidentifikasi.

Dissociative Disorders : Altered Identites

    Sama seperti gejala yang tumpang tindih antara diagnosis yang berbeda, berbagai gangguan dapat dikaitkan dengan keadaan atau fenomena yang serupa. Seperti yang telah dibahas, paparan trauma merupakan komponen kunci untuk ASD dan PTSD, dan keduanya mungkin termasuk gejala disosiasi.

a. Types of Dissociative Disorder

    Gangguan disosiatif melibatkan istirahat atau disosiasi dalam kesadaran, memori, atau rasa identitas seseorang. "Pemisahan" ini lebih mudah dipahami ketika memikirkan tentang bagaimana orang terkadang mengemudi ke suatu tempat dan kemudian bertanya-tanya bagaimana mereka sampai di sana, mereka tidak ingat perjalanan itu sama sekali. Mengemudi "automatic pilot" semacam ini terjadi ketika rute sudah dikenal dan sering dilalui.

- Dissosiative Amnesia and Fugue

    Dalam amnesia disosiatif (dissociative amnesia), individu tidak dapat mengingat informasi pribadi seperti nama sendiri atau peristiwa pribadi tertentu-jenis informasi yang terkandung dalam memori jangka panjang episodik. Amnesia disosiatif mungkin terdengar seperti amnesia retrograde, tetapi penyebabnya berbeda

- Dissosiative Identity Disorder

    Dissociative Identity Disorder (DID) sebelumnya dikenal sebagai gangguan kepribadian ganda. Dalam gangguan ini, seseorang tampaknya mengalami setidaknya dua atau lebih kepribadian yang berbeda. Mungkin ada kepribadian "inti", yang biasanya tidak tahu apa-apa tentang kepribadian lain dan merupakan orang yang mengalami "blackouts" atau kehilangan ingatan.

b. Causes of Dissociative Disorders

    Teori psikodinamik melihat represi terhadap pikiran dan perilaku yang mengancam atau tidak dapat diterima sebagai mekanisme pertahanan di jantung semua gangguan, dan pada gangguan disosiatif khususnya tampaknya memiliki elemen besar dari efek lupa yang dimotivasi oleh represi—di dalamnya. Dalam pandangan psikodinamik, kehilangan memori atau terputusnya kesadaran seseorang dari peristiwa stres atau traumatis adaptif dalam mengurangi rasa sakit emosional.

Mood Disorders: The Effect of Affect 

    Mood disorders berkaitan dengan suasana hati, dimana penderita gangguan ini mengalami perubahan suasan hati ekstrem dalam waktu yang singkat. Salah satu gangguan psikologis yang terkait dengan mood disorders adalah bipolar, penderita bipolar dapat merasakan rasa senang yang luar biasa dan tiba-tiba merasa depresif dikarenakan gangguan atas perubahan suasana hati penderita, mereka merasa tidak jelas atas apa yang mereka rasakan, gangguan ini dapat merusak emosi dan lingkungan sosial penderitanya.

Major Depressive Disorder and Bipolar Disorder

    Dalam istilah psikologis, kata afeksi atau affect digunakan untuk mengartikan "emosi" atau "mood". Gangguan mood (mood disorder) merupakan gangguan pada emosi dan disebut juga sebagai affective disorders. 

    Meskipun rentang emosi manusia berkisar dari kesedihan dan keputusasaan yang mendalam dan intens hingga kebahagiaan dan kegembiraan yang ekstrem, dalam keadaan normal orang tetap berada di antara kedua situai ekstrem tersebut atau dapat dikatakan tidak terlalu sedih atau terlalu bahagia tetapi puas. 

Major Depressive Disorder 

    Ketika mood yang sangat tertekan datang tiba-tiba, parah dan terkadang tanpa penyebab eksternal kesedihan itu disebut gangguan depresi mayor atau major depressive disorder. Gangguan depresi mayor kadang-kadang disebut sebagai unipolar disorder karena masalah emosional hanya ada di satu ujung, atau "kutub", dari rentang emosi.

Bipolar Disorder

    Ketika seseorang mengalami periode suasana hati yang dapat berkisar dari depresi berat hingga episode manik (kegembiraan, energi, dan kegembiraan yang berlebihan), orang tersebut dikatakan menderita jenis gangguan bipolar atau bipolar disorders. 
  • Bipolar I disorder merupakan kasus dimana individu mungkin hanya mengalami suasana hati yang berkisar dari normal sampai manik atau mungkin tidak mengalami episode depresi.
  • Bipolar II disorder merupakan kasus dimana rentang suasana hati normal diselingi dengan episode depresi berat dan episode hipomania, yaitu tingkat suasana hati yang meningkat tetapi pada tingkat di bawah atau kurang parah daripada mania penuh.
Schizophrenia Disorders

    Skizofrenia adalah gangguan parah di mana orang tersebut menderita pemikiran yang tidak teratur, perilaku aneh, halusinasi, dan ketidakmampuan untuk membedakan antara fantasi dan kenyataan.

Symptoms of Schizophrenia

Saat ini, skizofrenia digambarkan sebagai :
  • Psychotic disorder jangka panjang yaitu keadaan di mana ada ketidakmampuan untuk membedakan apa yang nyata dari fantasi.

  • Gangguan dalam berpikir (delusi), emosi, perilaku, dan persepsi. 
Delusion

    Gangguan dalam berpikir adalah gejala umum dan disebut delusi. Meskipun delusi tidak menonjol pada semua orang dengan skizofrenia, delusi adalah gejala yang diasosiasikan kebanyakan orang dengan gangguan ini. Delusi adalah keyakinan palsu tentang dunia yang dipegang seseorang dan cenderung tetap dan tak tergoyahkan bahkan dalam menghadapi bukti yang menyangkal delusi.

  • Delusions of persecution atau delusi penganiayaan, di mana orang percaya bahwa orang lain mencoba menyakiti mereka dengan cara tertentu.

  • Delusions of reference atau delusi referensi, di mana orang percaya bahwa orang lain, karakter televisi, dan bahkan buku secara khusus berbicara dengan mereka.

  • Delusions of influence atau delusi pengaruh, di mana orang percaya bahwa mereka dikendalikan oleh kekuatan eksternal, seperti iblis, alien, atau kekuatan kosmik.

  • Delisions of  grandeur atau grandiose delusions, di mana orang yakin bahwa mereka adalah orang kuat yang dapat menyelamatkan dunia atau memiliki misi khusus.
Personality Disorders

    Gangguan kepribadian sedikit berbeda dari gangguan psikologis lainnya karena gangguan tidak hanya mempengaruhi satu aspek kehidupan seseorang, seperti tingkat kecemasan yang lebih tinggi dari normal atau serangkaian keyakinan yang menyimpang, tetapi mempengaruhi seluruh kehidupan. Gangguan itu adalah kepribadian itu sendiri, bukan salah satu aspeknya.

- Categories of Personality Disorders

    DSM-5 mencantumkan 10 jenis utama gangguan kepribadian di tiga kategori dasar (American Psychiatric Association, 2013): 
  • Cluster A  : Gangguan di mana orang dipandang aneh atau eksentrik oleh orang lain (Paranoid, Schizoid, Schizotypal)

  • Cluster B : Perilaku sangat dramatis, emosional, atau tidak menentu (Antisosial, Borderline, Histrionic, Narcissistic)

  • Cluster C : Emosi utamanya adalah kecemasan atau ketakutan (Avoidant, Dependent, Obsessive-Compulsive).
- Borderline Personality Disorder

    Orang dengan borderline personality disorder (BLPD) :
  • Memiliki hubungan dengan orang lain yang intens dan relatif tidak stabil. 
  • Mereka impulsif
  • Memiliki perasaan diri yang tidak stabil
  • Sangat takut ditinggalkan
  • Tujuan hidup, pilihan karir, persahabatan, dan bahkan perilaku seksual dapat berubah dengan cepat dan dramatis. 
- Causes of Personality Disorders

    Ahli teori kognitif-perilaku berbicara tentang bagaimana perilaku tertentu dapat dipelajari dari waktu ke waktu melalui proses :
  • Reinforcement
  • Shaping
  • Modeling
    Penyebab lain dari gangguan kepribadian telah diusulkan. Kepribadian antisosial secara emosional tidak responsif terhadap situasi stres atau mengancam bila dibandingkan dengan orang lain, yang mungkin menjadi salah satu alasan bahwa mereka tidak takut tertangkap. Ketidaktanggapan ini tampaknya terkait dengan tingkat hormon stres yang lebih rendah dari normal pada orang antisosial.

    Gangguan dalam hubungan keluarga dan komunikasi juga telah dikaitkan dengan gangguan kepribadian dan, khususnya, gangguan kepribadian antisosial. Pelecehan masa kanak-kanak, penelantaran, pengasuhan yang terlalu ketat, pengasuhan yang terlalu protektif, dan penolakan orang tua semuanya telah dikemukakan sebagai kemungkinan penyebab, membuat gambaran perkembangan gangguan kepribadian menjadi rumit. Dapat dikatakan bahwa banyak faktor yang sama yang membantu menciptakan kepribadian biasa juga menciptakan kepribadian yang tidak teratur.

---

Mungkin sekian materi tentang gangguan psikologis serta apa saja yang ada di dalam gangguan psikologis yang dapat saya sampaikan, semoga dapat memberikan gambaran kepada kalian tentang apa itu gangguan psikologis, serta dapat membantu kalian untuk memahami ini. Sekian untuk kesempatan kali ini.


Terima kasih.

Comments

Popular posts from this blog

Perkembangan Awal Fisiologi dan Tumbuhnya Psikologi Eksperimen

Fungsionalisme Amerika